Udah lama ya keputusan itu diambil, tapi sampe sekarang kok masih teringat terus ya?.. hmmm masih berat rupanya :), okay... ga ada salahnya kan kalo masih terasa berat? berarti efeknya emang besar kalo gtu. cuman mau sharing aja... buat yang lain jika kebetulan ada di kondisi yang sama...
Ga mudah emang buat melepaskan sebuah "Zona" yang banyak memberikan kenyamanan buat kita :) mau cari apalagi? gaji udah lumayan, kerjaan udah nyantai, sering bolos juga jarang ditegur? apalagi?? hehehehe itu kali ya pikiran orang2 waktu itu..
tapi gapapa, setiap orang punya hak untuk punya pendapat dan pikiran masing-masing. Termasuk aku sendiri. Aku punya hak penuh atas masa depanku sendiri. Segala puji bagi Alloh yang menganugrahkan aku seorang suami yang cukup pengertian dan memberikan kebebasan buat menentukan masa depan karirku. Sama sekali ga ada larangan dari suami untuk bekerja. Mungkin itu terjadi pada beberapa temanku yang ga dibolehin kerja sama suaminya setelah menikah.
Jadi, keputusan yang aku ambil adalah keputusan atas keinginanku sendiri. ya walopun banyak yang menganggap keputusan ini adalah atas suruhan suami :) hehehehe gapapa lah karena untuk saat ini sepertinya bisa menguntungkan posisiku.. belum ada yang bisa aku buktikan atas keputusan yang kuambil, jadi gapapa kalo aku masih dianggap keluar kerja atas suruhan suami :)
Banyak banget yang jadi pertimbangan saat itu, yang paling penting adalah masalah waktu. Aku ga mau menyia-nyiakan waktu yang ada. Sudah menjadi cita-cita dari dulu untuk punya usaha sendiri. Pensiun di umur 30 dan menggerakkan bisnis sendiri. Nah, untuk mencapai semua itu kapan memulainya? Banyak hal yang perlu disiapkan, yang paling penting Ilmu kemudian modal. Kerja sebagai karyawan mendapatkan gaji bulanan sebenernya sudah cukup, apalagi aku dikasih kebebasan untuk menggunakan gajiku sendiri. Tapi batin masih belum merasa tenang :) hehehe manusia ga pernah puas ya? karir di kantor terasa berjalan datar-datar aja. ga ada tantangan malah yang ada bosan. Mungkin karena kerjaan lebih bersifat administratif jadi cepet membosankan. Dulunya waktu jadi network engineer kerjaan memang terasa lebih menantang. Banyak ilmu baru yang bisa dipelajari setiap harinya. Tapi atas pertimbangan waktu kerja yang terasa kurang pas, akhirnya memilih kerja dikantor saja. Saat jadi engineer, karena bekerja di network tentu saja menuntut untuk sering kerja lembur, apalagi saat pas kebagian posisi yang kerjanya shift. Sangat tidak cocok sekali apalagi setelah menikah. Aku yang merasa tidak cocok, walopun ada teman yang bisa menjalaninya dan dia juga sudah menikah.
Masalahnya waktu kerja suami 2 minggu On, 2 minggu Off.. kalo aku kerja shift juga kapan ketemunya?? normal 5 hari kerja senin-jumat saja sudah susah ketemunya. Sampai rumah udah malam, pagi berangkat lagi. Walopun ga lembur, jalanan tetap menuntut kita nyampe malam dirumah. itu juga jadi salah satu pertimbangan.
pengen rasanya punya waktu lebih banyak saat suami libur, ya akhirnya kerja di kantor jadi ga optimal. Sebenernya juga saat mengajukan diri untuk resign, atasan malah menaikan posisi dikantor, tapi setelah dicoba ambil posisi itu satu bulan tanda-tanda semakin kurang baik.
Perusahaan yang sebesar itu terkena goncangan juga. Saat itu belum parah memang, tapi karena aku melihat karirku akan tidak jelas nantinya lebih baik keluar duluan.
Kalo memilih untuk bertahan mungkin bisa, tapi pilihannya mungkin hanya bertahan saja. artinya di posisi yang yang sama, sangat susah berharap untuk bisa meningkat saat perusahan sedang goncang. Pindah kerja? bisa saja, tapi itu membutuhkan banyak waktu yang harus dikorbankan. Waktu untuk penyesuaian di tempat baru, waktu untuk menempuh lokasi kantor baru, dan waktu lebih lama lagi untuk memulai usaha idaman.
Kembali ke tujuan jangka panjang, untuk bekerja dengan usaha sendiri, karena aku berpikir kalo kita berdua sama-sama menjadi karyawan maka kehidupan kita sudah akan terbayangkan seperti apa nantinya. Kita akan sama-sama terikat dan akan terikat makin kuat dengan status kita sehingga kita akan sulit keluar.. Aku berpikir saat itu adalah saat yang tepat untuk keluar. Sebagian wanita memutuskan keluar kerja setelah dia memiliki anak, dengan alasan menjaga anak dirumah. Banyak diantara mereka yang sambil melakukan usaha dirumah, sehingga mereka tetap ada kegiatan tapi masih tetap bisa merawat anaknya. Tapi Aku memutuskan keluar saat belum memiliki anak. Alloh belum memberikan kesempatan kita memiliki anak, karena aku yakin Alloh memberikan aku kesempatan untuk bisa fokus meniti karirku yang baru, yakni merintis usaha sendiri, karena memulai usaha membutuhkan waktu yang cukup banyak. Subhanalloh.. Alloh memberikan keleluasaan waktu untuk bisa mengembangkan semua ide-ide dikepala.
Segala Puji bagi Alloh...
Beratnya menjadi wanita, terutama setelah menjadi istri ... Karir itu untuk apa, apakah untuk menunjukkan bahwa diri ini mampu atau untuk memberikan manfaat bagi keluarga dan orang banyak,Semangat ya mba indah pintu rizki kita sebagai istri tidak terbatas dari kantor maupun kantong suami.
ReplyDelete